Jumat, 17 Oktober 2025

Pendiri TBM Akhyar Center Jadi Juri Lomba GTK Transformatif Guru SD se-Kota Prabumulih



TBM Akhyar Center - Kegiatan GTK Transformatif tingkat Kota Prabumulih kembali menghadirkan sosok inspiratif dari kalangan pegiat literasi. D.A. Akhyar, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Akhyar Center, didaulat menjadi salah satu juri dalam lomba GTK Transformatif bagi guru sekolah dasar se-Kota Prabumulih. Kehadirannya bukan hanya sebagai bentuk apresiasi terhadap kiprahnya di dunia literasi, tetapi juga sebagai pengakuan atas kontribusinya dalam mendorong transformasi pendidikan berbasis literasi di daerah.

Dalam lomba yang digelar oleh Dinas Pendidikan Kota Prabumulih ini, para guru ditantang untuk menampilkan inovasi pembelajaran yang kreatif, adaptif, dan berdampak. Sebagai juri, D.A. Akhyar menilai karya para peserta dari aspek orisinalitas ide, relevansi dengan kebutuhan siswa abad ke-21, serta nilai literasi yang terkandung dalam praktik pembelajaran. Ia menekankan pentingnya pendidikan yang mengintegrasikan nilai kemanusiaan, kolaborasi, dan kecakapan berpikir kritis—unsur yang selama ini menjadi ruh dari kegiatan TBM Akhyar Center.

D.A. Akhyar dikenal luas sebagai pustakawan berprestasi nasional dan pendiri TBM mandiri yang aktif menggerakkan budaya baca di Prabumulih. Melalui TBM Akhyar Center, ia menginisiasi berbagai program literasi berbasis masyarakat, seperti Bibliobattle, kelas menulis kreatif, dan program literasi keluarga. Kepeduliannya terhadap peningkatan kapasitas guru dan siswa dalam literasi digital serta literasi baca-tulis menjadikan dirinya sosok panutan dalam dunia pendidikan lokal maupun nasional.

Keterlibatan D.A. Akhyar dalam ajang GTK Transformatif ini juga menjadi momentum kolaborasi antara komunitas literasi dan lembaga pendidikan formal. Ia berpendapat bahwa gerakan literasi tidak cukup berhenti di ruang baca, tetapi harus hidup di ruang kelas dan terinternalisasi dalam strategi pembelajaran. Melalui kompetisi ini, ia berharap guru-guru SD di Prabumulih dapat menjadi agen perubahan yang membawa semangat literasi transformatif ke dalam setiap kegiatan belajar mengajar.

Kegiatan GTK Transformatif ini menjadi bukti bahwa pendidikan di Prabumulih terus berkembang dengan dukungan berbagai pihak, termasuk para pegiat literasi seperti D.A. Akhyar. Kolaborasi lintas sektor antara guru, komunitas, dan pemerintah daerah diharapkan dapat menciptakan ekosistem pendidikan yang berkelanjutan dan berkarakter. Dengan semangat literasi dan inovasi, Prabumulih menapaki langkah maju menuju kota yang cerdas, inklusif, dan berbudaya baca.

Sabtu, 04 Oktober 2025

Integrasi Deep Learning dan 3D Assemblr dalam Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam



TBM Akhyar Center - Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) sering menghadapi tantangan unik, terutama dalam menyajikan konsep-konsep abstrak, ritual ibadah, atau situs-situs bersejarah secara menarik dan mudah dipahami oleh generasi digital. Metode konvensional berbasis teks dan ceramah seringkali gagal menumbuhkan rasa ingin tahu dan pengalaman mendalam yang dibutuhkan. Oleh karena itu, integrasi teknologi mutakhir, khususnya Deep Learning (Pembelajaran Mendalam) dan platform konten augmented reality (AR) seperti 3D Assemblr, menjadi solusi transformatif. Tujuannya adalah menciptakan ekosistem pembelajaran PAI yang tidak hanya imersif secara visual tetapi juga sangat dipersonalisasi sesuai kebutuhan setiap siswa.

3D Assemblr berperan sebagai katalis visual dan interaktif dalam proses ini. Melalui kemampuannya untuk membangun model 3D dan mengaktifkan pengalaman AR, Assemblr memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan objek PAI yang sebelumnya hanya berupa deskripsi. Siswa dapat menjelajahi replika arsitektur Masjidil Haram, mempraktikkan gerakan salat dengan panduan visual 3D langkah demi langkah, atau menelusuri peta perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW dalam lingkungan mixed reality. Pendekatan ini mengatasi kesulitan pemahaman spasial dan kinestetik, secara fundamental mengubah materi PAI yang pasif menjadi simulasi nyata yang meningkatkan retensi dan pemahaman kontekstual.

Sementara 3D Assemblr menyediakan lingkungan yang kaya, Deep Learning berfungsi sebagai mesin personalisasi yang cerdas. Algoritma DL dapat menganalisis data interaksi siswa dalam lingkungan 3D tersebut—seperti durasi pandang pada model tertentu, tingkat keberhasilan dalam simulasi gerakan salat, atau pola navigasi antar-bab. Berdasarkan analisis ini, DL mengidentifikasi secara tepat gaya belajar dominan, kelemahan konseptual spesifik, dan tingkat kesulitan yang optimal bagi setiap siswa. Ini memungkinkan sistem untuk secara adaptif menyesuaikan alur kurikulum, merekomendasikan objek 3D, atau bahkan memodifikasi tampilan visual Assemblr untuk memaksimalkan efektivitas belajar.

Sinergi antara kedua teknologi ini menciptakan lingkaran umpan balik yang adaptif dan berkelanjutan. 3D Assemblr menghasilkan data interaktif yang sangat kaya (seperti data posisi, orientasi, dan interaksi objek), yang kemudian diproses oleh Deep Learning. Misalnya, jika DL mendeteksi bahwa sekelompok siswa menunjukkan kebingungan saat pertama kali melihat model 3D Ka’bah, sistem dapat secara otomatis menyuntikkan (inject) anotasi audio-visual tambahan atau panduan naratif yang lebih mendetail ke dalam model tersebut secara real-time. Hasilnya adalah pengalaman belajar PAI yang selalu berubah dan berkembang, menjamin setiap menit interaksi siswa termanfaatkan secara optimal.

Pada akhirnya, integrasi Deep Learning dan 3D Assemblr menandai langkah revolusioner menuju Pendidikan Agama Islam abad ke-21. Metode ini tidak hanya meningkatkan daya tarik dan relevansi PAI bagi generasi muda yang mahir teknologi, tetapi juga menjanjikan peningkatan kualitas pendidikan yang terukur melalui personalisasi berbasis data. Tantangan selanjutnya adalah melatih guru agar mahir dalam mendesain skenario pembelajaran yang memanfaatkan potensi penuh AR dan AI, serta memastikan ketersediaan infrastruktur digital yang merata untuk mewujudkan visi pembelajaran PAI yang imersif dan adaptif di seluruh lembaga pendidikan.(*)

Kamis, 02 Oktober 2025

Jawi dan Pegon: Jejak Islam dalam Aksara Nusantara



TBM Akhyar Center- Aksara Jawi dan Pegon merupakan salah satu bukti nyata bagaimana Islam berinteraksi dengan budaya lokal di Nusantara. Jawi berkembang di wilayah Melayu seperti Malaysia, Brunei, dan sebagian Sumatera, sementara Pegon tumbuh subur di tanah Jawa dan Sunda. Keduanya lahir dari kebutuhan untuk menuliskan bahasa daerah menggunakan huruf Arab, sehingga dapat menjadi sarana penyebaran ilmu agama sekaligus literasi masyarakat. Melalui aksara ini, pesan-pesan dakwah, karya sastra, hingga dokumen kerajaan dapat ditulis dan diwariskan.

Perbedaan utama Jawi dan Pegon terletak pada fungsi serta penyesuaiannya terhadap bahasa lokal. Aksara Jawi banyak digunakan dalam literatur Melayu klasik, administrasi kerajaan, dan karya sastra, sedangkan Pegon lebih dikenal di kalangan pesantren untuk menuliskan bahasa Jawa atau Sunda dalam kitab kuning. Dalam prosesnya, huruf Arab dimodifikasi agar sesuai dengan fonologi lokal—misalnya menambahkan lambang untuk bunyi /ng/, /p/, dan /g/. Penyesuaian ini menjadikan keduanya unik sekaligus menjadi jembatan antara bahasa lokal dengan ajaran Islam.

Meski penggunaannya kini semakin berkurang karena dominasi huruf Latin, Jawi dan Pegon tetap memiliki nilai historis yang penting. Upaya pelestarian aksara ini dilakukan melalui penelitian, digitalisasi naskah kuno, hingga pengajaran kembali di sekolah dan pesantren. Dengan mempelajari Jawi dan Pegon, generasi sekarang tidak hanya mengenal sebuah sistem tulisan, tetapi juga menelusuri jejak peradaban Islam yang tumbuh di Nusantara. Ia menjadi warisan literasi yang mempertemukan tradisi lokal dengan nilai-nilai universal Islam, serta membuktikan bahwa budaya Nusantara selalu terbuka pada harmoni dan adaptasi.


Gambar 1 - Huruf Arab Melayu

Gambar 2 - Huruf Arab Melayu


Huruf Arab Jawi atau Pegon merupakan aksara hasil akulturasi budaya antara dunia Arab dan Nusantara. Aksara ini digunakan terutama di kawasan Melayu seperti Malaysia, Brunei, dan sebagian Indonesia, serta di kalangan pesantren Jawa dan Sunda untuk menuliskan bahasa lokal menggunakan huruf Arab. Istilah Jawi lebih populer di wilayah Melayu, sedangkan istilah Pegon digunakan di Jawa. Keduanya sama-sama berfungsi sebagai sarana literasi yang menjembatani masyarakat lokal dengan ajaran Islam, terutama dalam penyebaran ilmu agama melalui kitab kuning, syair, hikayat, dan karya sastra.

Secara teknis, aksara Jawi dan Pegon memanfaatkan huruf Arab standar yang dimodifikasi dengan tambahan titik atau bentuk khusus untuk mewakili bunyi bahasa lokal yang tidak ada dalam bahasa Arab. Misalnya, bunyi /ng/, /p/, atau /g/ yang sering ditemukan dalam bahasa Jawa dan Melayu. Penyesuaian ini menjadikan Jawi dan Pegon unik sekaligus fleksibel, karena mampu merekam kekayaan bahasa daerah dengan tetap mempertahankan nuansa keislaman melalui aksara Arab. Dengan demikian, ia bukan hanya sistem tulisan, tetapi juga simbol percampuran budaya.

Dalam perkembangannya, huruf Jawi banyak digunakan di ranah administrasi kerajaan dan sastra klasik Melayu, sementara Pegon lebih dominan dipakai dalam konteks pesantren sebagai sarana belajar agama. Meski kini penggunaannya berkurang akibat dominasi huruf Latin, keberadaan Jawi dan Pegon tetap menjadi warisan literasi berharga. Upaya pelestarian aksara ini terus dilakukan, baik melalui kajian akademik, digitalisasi naskah kuno, maupun pengajaran kembali di lembaga pendidikan. Aksara Jawi dan Pegon merepresentasikan jejak sejarah Islamisasi Nusantara yang patut dijaga sebagai identitas budaya dan khazanah ilmu pengetahuan.




Senin, 22 September 2025

Pembelajaran Fiqih Jenazah Berbasis AR: Assemblr sebagai Media Edukatif



TBM Akhyar Center - Fiqih jenazah merupakan salah satu materi penting dalam Pendidikan Agama Islam, mencakup tata cara mengurus jenazah mulai dari memandikan, mengafani, menyalatkan, hingga menguburkan. Namun, praktik langsung sering kali sulit dilakukan di sekolah karena keterbatasan sarana. Kehadiran teknologi Augmented Reality (AR) melalui Assemblr menjadi solusi inovatif. Dengan visualisasi 3D, siswa dapat mempelajari tahap-tahap fiqih jenazah secara detail, interaktif, dan tetap menjaga adab serta kesakralan materi.

Assemblr memungkinkan guru menampilkan simulasi digital terkait peralatan dan prosedur pengurusan jenazah. Misalnya, cara melipat kain kafan, tata posisi jenazah, hingga susunan shaf dalam salat jenazah dapat divisualisasikan secara jelas. Siswa tidak hanya membaca teori, tetapi juga melihat praktik virtual seolah terjadi di hadapan mereka. Hal ini membantu pemahaman lebih konkret sekaligus menumbuhkan rasa hormat dalam mempelajari amalan yang penuh makna spiritual ini.

Pembelajaran berbasis AR juga memudahkan siswa mengingat tahapan fiqih jenazah secara runtut. Guru dapat merancang skenario interaktif, seperti latihan mengurutkan langkah-langkah mengafani atau memimpin doa dalam salat jenazah. Dengan cara ini, siswa dilatih untuk berpikir sistematis sekaligus aplikatif. Simulasi digital tersebut menutup celah keterbatasan praktik nyata, sehingga pemahaman siswa tetap mendalam meski tanpa praktik langsung di ruang kelas.

Selain aspek pengetahuan, Assemblr turut membangun kesadaran nilai kemanusiaan. Siswa diajak memahami bahwa mengurus jenazah bukan hanya kewajiban syariat, tetapi juga bentuk penghormatan terakhir kepada sesama muslim. Melalui simulasi interaktif, siswa dapat merenungkan makna empati, kepedulian, dan tanggung jawab sosial. Integrasi nilai-nilai tersebut menjadikan pembelajaran fiqih jenazah lebih menyentuh hati, bukan sekadar keterampilan teknis.

Integrasi Assemblr dalam fiqih jenazah menunjukkan bahwa teknologi dapat mendukung penyampaian materi agama secara efektif dan relevan. Visualisasi AR membuat siswa lebih tertarik, memahami materi secara komprehensif, dan menumbuhkan sikap religius yang benar. Dengan pendekatan ini, pembelajaran PAI menjadi lebih hidup, edukatif, dan sesuai dengan kebutuhan generasi digital, tanpa mengurangi kesucian serta adab dalam mengkaji ilmu agama.

Mengenal Rukun dan Tahapan Ibadah Haji secara Virtual melalui Assemblr



TBM Akhyar Center - Ibadah haji adalah rukun Islam kelima yang memiliki tata cara dan tahapan kompleks. Banyak siswa hanya mengenalnya lewat buku atau gambar statis, sehingga sulit membayangkan suasana nyata di Tanah Suci. Kehadiran teknologi Augmented Reality (AR) melalui Assemblr menjadi solusi inovatif. Dengan visualisasi virtual, siswa dapat melihat secara interaktif rukun haji, mulai dari thawaf, sa’i, wukuf di Arafah, hingga tahallul, sehingga pembelajaran lebih mudah dipahami dan diingat.

Assemblr memungkinkan guru menghadirkan simulasi 3D tentang suasana Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Siswa dapat mengeksplorasi Ka’bah, melihat jalur sa’i antara Shafa dan Marwah, atau menyaksikan proses melempar jumrah secara virtual. Dengan cara ini, mereka seakan ikut merasakan perjalanan haji tanpa harus berada langsung di Mekah. Pengalaman visual ini menjadikan pembelajaran PAI lebih hidup, nyata, dan mendekatkan siswa dengan makna spiritual ibadah.

Selain memperkaya pengetahuan, simulasi haji melalui AR juga memudahkan siswa memahami tahapan ibadah secara runtut. Guru dapat menampilkan alur perjalanan mulai dari ihram, niat, hingga penyelesaian rangkaian haji. Visualisasi interaktif membantu siswa mengingat urutan dengan lebih baik dibandingkan metode konvensional. Hal ini sangat bermanfaat bagi mereka yang kelak berkesempatan menunaikan haji, karena sudah memiliki gambaran awal yang jelas.

Assemblr juga memberi kesempatan bagi siswa untuk belajar secara mandiri dan kolaboratif. Mereka dapat mengakses simulasi haji dari perangkat pribadi, berdiskusi dengan teman, bahkan membuat presentasi tentang pengalaman virtual tersebut. Aktivitas ini tidak hanya memperkuat pemahaman, tetapi juga melatih keterampilan komunikasi, kerja sama, dan berpikir kritis. Dengan demikian, pembelajaran ibadah haji menjadi sarana integratif antara ilmu, teknologi, dan karakter.

Integrasi ibadah haji dengan teknologi AR membuktikan bahwa agama dan inovasi bisa berjalan beriringan. Assemblr menjadikan rukun dan tahapan haji lebih mudah dipelajari, dipahami, dan dihayati generasi digital. Siswa tidak lagi terbatas pada teori, melainkan memperoleh pengalaman imersif yang menginspirasi. Dengan pendekatan modern ini, pendidikan agama menjadi relevan, menarik, sekaligus menumbuhkan kesadaran spiritual yang mendalam pada diri peserta didik.

Panduan Shalat 3D dengan Assemblr: Alat Peraga Modern untuk Siswa



TBM Akhyar Center - Shalat sebagai tiang agama memerlukan pemahaman yang benar, baik dari segi gerakan maupun bacaan. Namun, tidak semua siswa mudah memahami tata cara shalat hanya melalui teks atau ceramah. Kehadiran teknologi Augmented Reality (AR) melalui Assemblr menjadi solusi modern. Dengan panduan shalat 3D, siswa dapat melihat secara detail setiap gerakan shalat dari takbiratul ihram hingga salam, sehingga pembelajaran menjadi lebih jelas, praktis, dan mudah diikuti.

Assemblr memungkinkan guru menghadirkan alat peraga digital yang interaktif. Siswa dapat mengamati gerakan shalat dari berbagai sudut pandang, memperbesar detail posisi tubuh, dan memahami keterkaitan antara gerakan dengan bacaan. Dengan demikian, mereka tidak hanya menirukan secara mekanis, tetapi juga memahami makna di balik gerakan. Visualisasi tiga dimensi ini memberi pengalaman belajar yang lebih mendalam dibandingkan dengan metode konvensional.

Panduan shalat berbasis AR juga bermanfaat dalam mengatasi perbedaan gaya belajar siswa. Bagi mereka yang visual dan kinestetik, simulasi 3D sangat membantu mempercepat pemahaman. Guru dapat menggunakan Assemblr untuk membuat skenario pembelajaran kolaboratif, seperti latihan bersama dengan panduan digital. Hal ini menumbuhkan semangat belajar aktif, meningkatkan keterlibatan siswa, serta memastikan bahwa tata cara shalat dipelajari dengan benar dan menyenangkan.

Lebih dari sekadar teknis gerakan, panduan shalat 3D melalui Assemblr dapat menanamkan nilai spiritual. Siswa diajak untuk merenungi makna bacaan dan gerakan dengan visualisasi yang menghubungkan akal dan hati. Misalnya, ketika sujud, mereka melihat penekanan pada makna kerendahan di hadapan Allah. Dengan demikian, teknologi bukan hanya media belajar, melainkan sarana memperdalam kekhusyukan dan pemahaman spiritual.

Integrasi Assemblr dalam pembelajaran shalat menunjukkan bahwa teknologi dapat bersinergi dengan nilai-nilai agama. Panduan 3D membuat shalat lebih mudah dipahami generasi digital, tanpa mengurangi kesakralannya. Justru, inovasi ini membantu siswa belajar dengan cara yang relevan, praktis, dan inspiratif. Assemblr hadir sebagai alat peraga modern yang memadukan tradisi ibadah dengan kecanggihan teknologi, sehingga siswa semakin mencintai dan menghayati shalat sebagai kewajiban utama dalam Islam.

Visualisasi Interaktif Zakat melalui Assemblr: Dari Konsep hingga Praktik



TBM Akhyar Center - Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang memiliki dimensi spiritual dan sosial. Namun, pemahaman tentang zakat sering kali terbatas pada teori tanpa visualisasi yang memadai. Teknologi Augmented Reality (AR) melalui Assemblr dapat membantu menjembatani kesenjangan ini. Dengan visual interaktif, siswa dapat melihat simulasi perhitungan zakat, jenis-jenis harta yang wajib dizakati, serta distribusinya. Cara ini menjadikan zakat lebih mudah dipahami dan terasa dekat dengan kehidupan nyata.

Assemblr memungkinkan guru menghadirkan pengalaman belajar yang menyenangkan. Misalnya, siswa dapat melihat model tiga dimensi hewan ternak atau hasil pertanian yang menjadi objek zakat. Mereka bisa mempelajari ketentuan nisab, haul, dan kadar zakat melalui tampilan grafis yang jelas. Dengan demikian, konsep abstrak zakat berubah menjadi sesuatu yang konkret dan dapat diobservasi langsung, meningkatkan pemahaman sekaligus minat belajar siswa terhadap materi PAI.

Visualisasi zakat melalui AR juga membantu siswa memahami dampak sosial ibadah ini. Assemblr dapat menampilkan alur distribusi zakat kepada mustahik, seperti fakir miskin, amil, dan kelompok lainnya. Siswa melihat secara langsung bagaimana zakat berfungsi sebagai instrumen pemerataan ekonomi dan solidaritas sosial. Hal ini mendorong mereka untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar dan menyadari peran zakat dalam membangun masyarakat yang adil dan sejahtera.

Selain mendukung pemahaman, penggunaan Assemblr dalam pembelajaran zakat melatih keterampilan praktis. Siswa bisa melakukan simulasi perhitungan zakat profesi atau perdagangan dengan skenario interaktif. Guru dapat memberi tantangan berbasis kasus nyata sehingga siswa belajar menerapkan konsep zakat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara ini, mereka tidak hanya menghafal aturan, tetapi juga terbiasa berlatih berpikir analitis dan aplikatif sesuai konteks zaman modern.

Integrasi zakat dengan teknologi AR memperlihatkan bahwa agama dan inovasi dapat berjalan seiring. Assemblr menghadirkan pengalaman belajar yang relevan bagi generasi digital, membuat zakat tidak lagi dipandang sebagai kewajiban teoritis, melainkan praktik nyata yang membawa manfaat besar. Dengan memadukan konsep, praktik, dan visualisasi interaktif, pembelajaran zakat menjadi lebih hidup, inspiratif, serta mendorong tumbuhnya kesadaran beragama yang mendalam pada diri siswa.

Menghidupkan Sejarah Islam dengan Teknologi AR: Inovasi Assemblr dalam Pembelajaran PAI



TBM Akhyar Center - Menghidupkan sejarah Islam di era digital menjadi tantangan sekaligus peluang. Teknologi Augmented Reality (AR) hadir sebagai solusi kreatif untuk menjembatani generasi muda dengan kisah-kisah masa lalu. Melalui platform Assemblr, peserta didik dapat melihat visualisasi peristiwa sejarah Islam secara interaktif. Mereka tidak hanya membaca teks, tetapi juga menyaksikan peristiwa seolah-olah hadir di depan mata, sehingga pengalaman belajar menjadi lebih nyata, menyenangkan, dan berkesan.

Assemblr membuka ruang baru bagi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Guru dapat menghadirkan simulasi sejarah, seperti Perang Badar, perjalanan hijrah Nabi, hingga perkembangan peradaban Islam. Dengan teknologi AR, materi yang biasanya terasa abstrak kini tampil lebih konkret. Peserta didik dapat mengeksplorasi detail peristiwa melalui peta 3D, ilustrasi, maupun animasi. Hal ini membantu mereka memahami konteks sejarah secara mendalam dan menumbuhkan kecintaan terhadap Islam.

Inovasi pembelajaran berbasis AR tidak hanya meningkatkan pemahaman, tetapi juga memperkuat daya ingat siswa. Visualisasi interaktif memungkinkan siswa menghubungkan informasi teks dengan pengalaman visual. Misalnya, ketika mempelajari sejarah pembangunan Ka’bah, siswa dapat melihat bentuk bangunan secara tiga dimensi. Cara ini membuat pengetahuan lebih mudah diingat dan diinternalisasi. Seiring perkembangan zaman, metode seperti ini akan semakin relevan untuk mendukung gaya belajar generasi digital.

Penggunaan Assemblr juga memberi peluang kolaborasi antara guru dan siswa. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi, melainkan fasilitator yang mengarahkan eksplorasi. Siswa dapat mengakses aplikasi, berdiskusi, dan mengajukan pertanyaan kritis. Aktivitas ini mendorong keterampilan berpikir kreatif, kritis, dan kolaboratif. Dengan demikian, pembelajaran PAI tidak hanya menyampaikan fakta sejarah, tetapi juga melatih karakter siswa agar mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi.

Integrasi teknologi AR melalui Assemblr menegaskan bahwa pembelajaran agama bisa mengikuti arus inovasi. Sejarah Islam bukan sekadar materi hafalan, melainkan kisah inspiratif yang dapat dihidupkan kembali. Dengan dukungan visual interaktif, nilai-nilai Islam lebih mudah dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Assemblr menjadi jembatan antara tradisi dan teknologi, membantu generasi muda mencintai agamanya dengan cara yang relevan, kontekstual, dan sesuai dengan zaman mereka.

© Copyright 2019-2025 Akhyar Center Indonesia | All Right Reserved